Rabu (14/05/2014), DIGIT (Dakwah Islam Generasi IT) Informatika Universitas Diponegoro mengadakan acara rihlah (perjalanan) muncak ke Gunung Ungaran (2.050 mdpl). Ini merupakan kali pertama bagi pengurus DIGIT untuk bisa sampai ke puncak ungaran. Acara tersebut hanya diikuti oleh pengurus putra (ikhwan) saja, karena untuk pengurus putri (akhwat) memang tidak dianjurkan ikut. Agenda tersebut, merupakan proker (program kerja) Departemen Kaderisasi DIGIT 2014. Alhamdulillah acara tersebut berjalan dengan lancar dan diikuti oleh 9 orang pengurus ikhwan DIGIT, yaitu Saya, mas Satria, Adik, Yasir, Danur, Wawan, Fikri, Faqih dan Zaki.
Sebelum melakukan pendakian, kami berkumpul dulu di Masjid Kampus (Maskam) Undip. Tepat setelah sholat Isya' berjama'ah kami memulai perjalanan menuju Sidomukti Ungaran. Malam hari yang dingin menantang nyali kami, karena memang cuaca malam itu sedang tidak bersahabat. Gumpalan awan mulai menghiasi langit, dengan sedikit tetesan air yang menyertainya. Tak mau menyia-nyiakan waktu, kami memutuskan untuk segera berangkat. Segala puji bagi Allah, walaupun disepanjang perjalanan cuaca mendung, kami tidak kehujanan sampai di tujuan pertama kami, Pos Mawar.
Tanjakan demi tanjakan harus kami lewati, karena Pos Mawar berada cukup jauh dari jalan utama. Sebelum mencapai Pos, kabut mulai menyelimuti jalan kami yang membatasi jarak pandang kami. Ternyata tidak hanya kami, di sepanjang jalan menuju Pos kami bertemu dengan kawan-kawan lain yang juga ingin menaklukan puncak ungaran, kini semangat kami semakin bertambah. Tanjakan yang terlalu tajam, membuat kami harus sedikit bermujahaddah karena yang membonceng harus turun sejenak dan membantu mendorong motor.
Akhirnya sampailah kami di Pos Mawar, pos yang sudah menjadi langganan para pendaki Gunung Ungaran. Sekilas tentang Pos Mawar, pos inilah yang menjadi tempat transit pendakian. Para pendaki yang belum siap, bisa bermalam terlebih dahulu di pos untuk beristirahat. Tarif bermalam di sana sangat murah, hanya dengan Rp 10.000 saja pendaki sudah bisa menitipkan motor dan menginap di pos selama semalam. Di sekitar pos juga ada penduduk tempatan yang membuka warung-warung kecil yang menyediakan makanan siap saji. Jadi bagi kalian yang ingin mendaki, tidak usah bingung membawa makanan dari rumah karena bisa membelinya di sana. Sebelum melakukan pendakian, kami pun sempat mampir ke warung tersebut untuk membeli makanan, karena sebagian dari kami ada yang merasa lapar.
Jam sudah menunjuk pukul 21.00, karena kami tidak bermalam di Pos Mawar, maka selepas mengistirahatkan tubuh sejenak, kami langsung melakukan pendakian menuju pos selanjutnya yang lebih dekat dengan puncak gunung. Pendakian pertama kami, berlangsung dengan mudah karena jalan yang kami lewati tidak begitu sulit ditambah lagi diantara kami ada yang sudah berpengalaman dalam melakukan pendakian (mas Satria). Terang bulan purnama seakan memotivasi kami, sinarnya menjadi penunjuk jalan kami. Di sepanjang jalan pendakian, kami menikmati pemandangan kota Ungaran yang begitu indah yang menambah rasa syukur kami. Cahaya-cahaya lampu di kota mengingatkan kami akan kota yang kami tinggali, kos beserta dengan tumpukkan tugas kuliah yang kami tinggalkan sejenak untuk menyegarkan pikiran kami. Ternyata dibalik kesibukkan di dalam kota, masih ada keindahan yang bisa dinikmati jika dilihat dari lain sisi, seperti yang sedang kami alami saat ini. "There's a beautiful City, if you see it at night from the sky."
Sekitar jam 23.00 kami sampai di pos kedua, perumahan penduduk lereng Gunung Ungaran. Karena malam hari, suasana pemukiman sangat sepi, hanya suara binatang malam yang mengiringi langkah kami. Secara sepintas seperti tiada yang menghuni pemukiman itu, karena jika dilihat dari keadaan sekitar memang jauh dari jalan raya. Ketika kami sampai di rumah tujuan, kami yang baru pertama kali mendaki merasa ragu apakah benar rumah itu yang jadikan pos pendakian kedua?? Tapi rasa ragu itu hilang setelah mas Satria membuka pintu rumah tersebut. Kami terkejut saat melihat suasana di dalam rumah, karena disana banyak kawan-kawan pendaki yang sudah tertidur lelap. Kami berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan mereka. Setelah mendapatkan tempat untuk tidur, kami segera menata tikar yang disediakan. Mungkin tempat penginapan yang disediakan tidak begitu menyenangkan karena hanya beralaskan tikar di lantai. Namun, ini saja sudah membuat kami senang, kami dapat rehat sejenak untuk meneruskan pendakian kami besok paginya. Kami bersyukur bisa tidur di dalam rumah tersebut, yang bisa menghangatkan tubuh kami karena suasana di luar cukup dingin, suhunya hampir mencapai 15 derajat celcius. Saya cukup salut dengan pendaki lain yang berani tidur di luar dengan tenda yang mereka bawa. Pasti mereka lebih merasa dingin jika dibandingkan dengan kami.
Dingin yang merasuk ke tubuh kami beberapa kali membangunkan kami. Sebagian dari kami ada yang memakai pakaian tambahan agar tubuhnya lebih hangat. Rasa dingin tersebut membuat kami bangun tepat pada waktunya, yaitu sekitar jam 3 dini hari. Kami segera mempersiapkan diri, mencuci muka untuk menyegarkan wajah, menata perlengkapan kami, dan merapikan kembali tempat tidur yang kami pakai. Saya dan kawan-kawan merasa senang karena bisa tidur dengan pulas dengan biaya menginap yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pos pertama. Biaya penginapan di rumah tersebut hanya Rp 2.000 per orang. Setelah semuanya siap dan tidak ada yang tertinggal kami melanjutkan perjalanan.
Pendakian dari pos kedua menuju puncak ternyata jauh lebih sulit dari yang kami bayangkan. Kami harus menghadapi jalur pendakian dengan tanjakan-tanjakan tinggi. Satu tangan saja tidak cukup untuk membantu menopang tubuh kami, karena terjalnya tanjakan tersebut. Apalagi pendakian kami dilakukan di dini hari yang membatasi pengelihatan kami.
Di sepanjang jalur pendakian kami mendengarkan dari mas Satria, bahwa kami harus hati-hati karena di atas ada zona kepala. Kami sempat bertanya-tanya apakah zona kepala itu?? Walaupun mas Satria tidak mau menceritakan kenapa disebut sebagai zona kepala?? Kami akhirnya mengetahuinya setelah melewati zona tersebut. Di zona tersebut ada batang-batang pohon yang akan menghalangi kepala kami selama mendaki, jadi kami harus lebih berhati-hati dengan cara menundukkan kepala kami. Jika tidak, kepala kami akan berbenturan dengan batang-batang tersebut.
Setelah hampir sampai ke puncak adzan dari HP yang kami bawa sudah berkumandang, yang menunjukkan bahwa waktu subuh sudah tiba. Kami segera mencari tepat yang lapang, untuk melakukan ibadah shalat subuh. Karena dimanapun berada, sesibuk apapun urusan kita, jika sudah dipanggil oleh sang Khaliq kita harus memenuhi panggilan-Nya. Tempat yang kami pilih untuk shalat dekat dengan tenda pendaki lain yang mendahului kami. Alas yang kami gunakan sebagian dipinjami pendaki lain, karena alas yang kami bawa tidak begitu besar. Setelah bertayyamum, kami mendirikan shalat subuh berjama'ah. Kami harus membagi menjadi 2 kloter, karena tempat yang kami gunakan cukup sempit untuk menampung 9 orang.
Selepas shalat kami segera melanjutkan pendakian kami. Kami tidak ingin kehilangan momen yang paling ditunggu oleh para pendaki, yaitu sunrise. Walaupun belum sampai puncak, matahari sudah nampak di ufuk timur. Kami mengabadikan momen tersebut dengan berfoto-foto. Matahari yang begitu terangnya dengan awan pagi menciptakan suasana yang sangat indah yang membuat kami kagum. Subhanallah, itulah kata yang kami ucapkan untuk mengungkapkan rasa kagum kami atas ciptaan Allah ta'ala yang kami lihat saat itu. Tak lama kemudian, sampailah kami di tempat tujuan, puncak Gunung Ungaran. Kami sangat berbahagia karena telah sampai di puncak dengan perjuangan kami sendiri, ini merupakan suatu kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Ternyata tak hanya kami yang berhasil sampai di puncak. Kawan-kawan lain yang mendahului kami sudah disana terlebih dahulu. Bahkan sebagian dari mereka ada yang sudah bermalam di puncak. Saking ramainya puncak gunung, kami sedikit kesulitan untuk mencari tempat duduk, karena disana tenda-tenda dari pendaki lain sudah berdiri. Kami mencoba melewati beberapa pendaki lain dengan tetap menjaga suasana disana, agar tidak mengganggu pendaki yang lain. Kami merehatkan diri kembali, dengan menikmati bekal yang kami bawa. Selanjutnya kami manfaatkan waktu kami di atas pundak untuk bertafakkur, terhadap ciptaan-ciptaan Allah yang begitu indah. Yang jika dihitung satu-persatu maka tidak akan ada yang bisa menghitungnya. Kami bersyukur, karena kami dapat menyelesaikan pendakian kami dengan selamat dan bisa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga selama pendakian.
Banyak ibrah yang saya dapatkan selama pendakian, diantaranya yaitu.
Dingin yang merasuk ke tubuh kami beberapa kali membangunkan kami. Sebagian dari kami ada yang memakai pakaian tambahan agar tubuhnya lebih hangat. Rasa dingin tersebut membuat kami bangun tepat pada waktunya, yaitu sekitar jam 3 dini hari. Kami segera mempersiapkan diri, mencuci muka untuk menyegarkan wajah, menata perlengkapan kami, dan merapikan kembali tempat tidur yang kami pakai. Saya dan kawan-kawan merasa senang karena bisa tidur dengan pulas dengan biaya menginap yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pos pertama. Biaya penginapan di rumah tersebut hanya Rp 2.000 per orang. Setelah semuanya siap dan tidak ada yang tertinggal kami melanjutkan perjalanan.
Pendakian dari pos kedua menuju puncak ternyata jauh lebih sulit dari yang kami bayangkan. Kami harus menghadapi jalur pendakian dengan tanjakan-tanjakan tinggi. Satu tangan saja tidak cukup untuk membantu menopang tubuh kami, karena terjalnya tanjakan tersebut. Apalagi pendakian kami dilakukan di dini hari yang membatasi pengelihatan kami.
Di sepanjang jalur pendakian kami mendengarkan dari mas Satria, bahwa kami harus hati-hati karena di atas ada zona kepala. Kami sempat bertanya-tanya apakah zona kepala itu?? Walaupun mas Satria tidak mau menceritakan kenapa disebut sebagai zona kepala?? Kami akhirnya mengetahuinya setelah melewati zona tersebut. Di zona tersebut ada batang-batang pohon yang akan menghalangi kepala kami selama mendaki, jadi kami harus lebih berhati-hati dengan cara menundukkan kepala kami. Jika tidak, kepala kami akan berbenturan dengan batang-batang tersebut.
Setelah hampir sampai ke puncak adzan dari HP yang kami bawa sudah berkumandang, yang menunjukkan bahwa waktu subuh sudah tiba. Kami segera mencari tepat yang lapang, untuk melakukan ibadah shalat subuh. Karena dimanapun berada, sesibuk apapun urusan kita, jika sudah dipanggil oleh sang Khaliq kita harus memenuhi panggilan-Nya. Tempat yang kami pilih untuk shalat dekat dengan tenda pendaki lain yang mendahului kami. Alas yang kami gunakan sebagian dipinjami pendaki lain, karena alas yang kami bawa tidak begitu besar. Setelah bertayyamum, kami mendirikan shalat subuh berjama'ah. Kami harus membagi menjadi 2 kloter, karena tempat yang kami gunakan cukup sempit untuk menampung 9 orang.
Selepas shalat kami segera melanjutkan pendakian kami. Kami tidak ingin kehilangan momen yang paling ditunggu oleh para pendaki, yaitu sunrise. Walaupun belum sampai puncak, matahari sudah nampak di ufuk timur. Kami mengabadikan momen tersebut dengan berfoto-foto. Matahari yang begitu terangnya dengan awan pagi menciptakan suasana yang sangat indah yang membuat kami kagum. Subhanallah, itulah kata yang kami ucapkan untuk mengungkapkan rasa kagum kami atas ciptaan Allah ta'ala yang kami lihat saat itu. Tak lama kemudian, sampailah kami di tempat tujuan, puncak Gunung Ungaran. Kami sangat berbahagia karena telah sampai di puncak dengan perjuangan kami sendiri, ini merupakan suatu kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Ternyata tak hanya kami yang berhasil sampai di puncak. Kawan-kawan lain yang mendahului kami sudah disana terlebih dahulu. Bahkan sebagian dari mereka ada yang sudah bermalam di puncak. Saking ramainya puncak gunung, kami sedikit kesulitan untuk mencari tempat duduk, karena disana tenda-tenda dari pendaki lain sudah berdiri. Kami mencoba melewati beberapa pendaki lain dengan tetap menjaga suasana disana, agar tidak mengganggu pendaki yang lain. Kami merehatkan diri kembali, dengan menikmati bekal yang kami bawa. Selanjutnya kami manfaatkan waktu kami di atas pundak untuk bertafakkur, terhadap ciptaan-ciptaan Allah yang begitu indah. Yang jika dihitung satu-persatu maka tidak akan ada yang bisa menghitungnya. Kami bersyukur, karena kami dapat menyelesaikan pendakian kami dengan selamat dan bisa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga selama pendakian.
Dokumentasi di puncak Gunung Ungaran |
Banyak ibrah yang saya dapatkan selama pendakian, diantaranya yaitu.
- Visi menentukan kesuksesan, semakin besar visi kita maka semakin besar pula jalan untuk menuju sukses.
- Hambatan adalah proses yang harus dilewati untuk mencapai kesuksesan.
- Semangat adalah katalis perjuangan, karena perjuangan yang dilakukan dengan semangat tujuannya akan semakin cepat tercapai.
- Rihlah menyegarkan pikiran, dengan melakukan rihlah kesibukan-kesibukan sejenak ditinggalkan agar pikiran kembali fokus. Dalam organisasi, terutama di rohis kegiatan ini dilakukan sebagai sarana refreshing, tafakkur, yang tujuannya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanallahu wata'ala.
- Salah satu cara untuk menambah iman adalah dengan memikirkan keagungan Allah ta'ala melalui ciptan-ciptaan-Nya. Sehingga kita tahu bahwa yang memiliki diri kita, yang menciptakan alam ini beserta seluruh isinya adalah Allah 'Azza wa jalla.
Demikian sepenggal perjalanan saya yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat. Jika ada kesalahan kata saya mohon maaf, tiada gading yang tak retak. Karena kebenaran mutlak hanya milik Allah Subhanallahu wata'ala. Wallahu'alam. Salam perjuangan!!!
sip guys
BalasHapus